Gajah Sumatera
Gajah
Sumatera memiliki tubuh yang lebih kecil dibanding Gajah India maupun Gajah
Afrika, dimana berat gajah dewasa mencapai 3.500-5.000 kg. Namun secara umum
Gajah Sumatera mempunyai ciri badan lebih gemuk dan lebar, pada ujung belalai
memiliki satu bibir. Berbeda dengan Gajah Afrika, Gajah Sumatera memiliki 5
kuku pada kaki depan dan 4 kuku di kaki belakang.
Sebagaimana
gajah pada umumnya, Gajah Sumatera juga banyak melakukan pergerakan dalam
wilayah jelajah (home range) yang luas sehingga menggunakan lebih dari
satu tipe habitat. Satwa ini dapat ditemukan di berbagai tipe
habitat/ekosistem, mulai dari pantai sampai ketinggian 1.500 mdpl.
Beberapa tipe habitat hutan yang biasa digunakan Gajah Sumatera adalah:
- Hutan rawa; tipe hutan ini dapat berupa rawa padang rumput, hutan rawa primer atau hutan rawa sekunder yang didominasi oleh Gluta renghas, Campenosperma auriculata, C. macrophylla, Alstonia spp, dan Eugenia spp.
- Hutan rawa gambut; beberapa jenis vegetasi pada tipe hutan ini antara lain Gonystilus bancanus, Dyera costulata, Licuala spinosa, Shorea spp., Alstonia spp., dan Eugenia spp.
- Hutan dataran rendah; merupakan tipe hutan yang berada pada ketinggian 0-750 mdpl dengan jenis-jenis vegetasi dominan adalah dari famili Dipterocarpaceae.
- Hutan hujan pegunungan rendah; adalah tipe hutan yang berada pada ketinggian 750-1.500 mdpl. Jenis-jenis vegetasi yang dominan adalah Altingia excelsa, Dipterocarpus spp., Shorea spp., Quercus spp., dan Castanopsis spp.
Gajah Sumatera
seperti juga gajah pada umumnya hidup secara berkelompok (gregarious)
yang sangat penting peranannya dalam melindungi anggota kelompoknya. Besarnya
anggota setiap kelompok sangat bervariasi, tergantung pada musim serta kondisi
dan daya dukung habitatnya, terutama makanan dan luas wilayah jelajah yang
tersedia. Namun biasanya jumlah anggota satu kelompok Gajah Sumatera berkisar
20-35 ekor atau 3-23 ekor. Setiap kelompok dipimpin oleh induk betina yang
paling besar, sedangkan gajah jantan dewasa hanya dalam periode tertentu
tinggal di dalam kelompok untuk kawin dengan beberapa betina di dalam kelompok
tersebut. Gajah jantan muda dan sudah beranjak dewasa akan dipaksa meninggalkan
kelompoknya atau pergi dengan suka rela untuk bergabung dengan kelompok jantan
lain. Sementara itu, gajah betina muda tetap menjadi anggota kelompok dan
bertindak sebagai bibi pengasuh pada kelompok "taman kanak-kanak"
atau kindergartens. Gajah yang sudah tua akan hidup menyendiri karena tidak
mampu lagi mengikuti kelompoknya.
Berkurangnya
populasi gajah di alam selain karena adanya perburuan, juga disebabkan oleh
semakin berkurangnya luasan habitat gajah. Pengurangan habitat gajah secara
nyata ini diakibatkan perubahan fungsi hutan menjadi perkebunan monokultur
skala besar (sawit, karet, kakao) yang telah menggusur habitat Gajah Sumatra.
Selain itu hal ini juga telah membuat gajah terjebak dalam blok-blok kecil
hutan yang tidak cukup untuk menyokong kehidupan gajah untuk jangka panjang,
yang di sisi lain juga menjadi pemicu terjadinya konflik antara manusia dengan
gajah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar