Rabu, 05 Oktober 2011

Gajah Sumatera


Gajah Sumatera
Gajah Sumatera memiliki tubuh yang lebih kecil dibanding Gajah India maupun Gajah Afrika, dimana berat gajah dewasa mencapai 3.500-5.000 kg. Namun secara umum Gajah Sumatera mempunyai ciri badan lebih gemuk dan lebar, pada ujung belalai memiliki satu bibir. Berbeda dengan Gajah Afrika, Gajah Sumatera memiliki 5 kuku pada kaki depan dan 4 kuku di kaki belakang.
Sebagaimana gajah pada umumnya, Gajah Sumatera juga banyak melakukan pergerakan dalam wilayah jelajah (home range) yang luas sehingga menggunakan lebih dari satu tipe habitat. Satwa ini dapat ditemukan di berbagai tipe habitat/ekosistem, mulai dari pantai sampai ketinggian 1.500 mdpl.  Beberapa tipe habitat hutan yang biasa digunakan Gajah Sumatera adalah:
  1. Hutan rawa; tipe hutan ini dapat berupa rawa padang rumput, hutan rawa primer atau hutan rawa sekunder yang didominasi oleh Gluta renghas, Campenosperma auriculata, C. macrophylla, Alstonia spp, dan Eugenia spp.
  2. Hutan rawa gambut; beberapa jenis vegetasi pada tipe hutan ini antara lain Gonystilus bancanus, Dyera costulata, Licuala spinosa, Shorea spp., Alstonia spp., dan Eugenia spp.
  3. Hutan dataran rendah; merupakan tipe hutan yang berada pada ketinggian 0-750 mdpl dengan jenis-jenis vegetasi dominan adalah dari famili Dipterocarpaceae.
  4. Hutan hujan pegunungan rendah; adalah tipe hutan yang berada pada ketinggian 750-1.500 mdpl. Jenis-jenis vegetasi yang dominan adalah Altingia excelsa, Dipterocarpus spp., Shorea spp., Quercus spp., dan Castanopsis spp.
 
Gajah Sumatera seperti juga gajah pada umumnya hidup secara berkelompok (gregarious) yang sangat penting peranannya dalam melindungi anggota kelompoknya. Besarnya anggota setiap kelompok sangat bervariasi, tergantung pada musim serta kondisi dan daya dukung habitatnya, terutama makanan dan luas wilayah jelajah yang tersedia. Namun biasanya jumlah anggota satu kelompok Gajah Sumatera berkisar 20-35 ekor atau 3-23 ekor. Setiap kelompok dipimpin oleh induk betina yang paling besar, sedangkan gajah jantan dewasa hanya dalam periode tertentu tinggal di dalam kelompok untuk kawin dengan beberapa betina di dalam kelompok tersebut. Gajah jantan muda dan sudah beranjak dewasa akan dipaksa meninggalkan kelompoknya atau pergi dengan suka rela untuk bergabung dengan kelompok jantan lain. Sementara itu, gajah betina muda tetap menjadi anggota kelompok dan bertindak sebagai bibi pengasuh pada kelompok "taman kanak-kanak" atau kindergartens. Gajah yang sudah tua akan hidup menyendiri karena tidak mampu lagi mengikuti kelompoknya.


  Saat ini keberadaan Gajah Sumatera semakin terancam dimana jumlah populasinya terus mengalami penurunan. Berdasarkan salah satu survey yang dilakukan pada tahun 2007, populasi satwa ini di seluruh Pulau Sumatera tinggal 2400-2800 ekor yang  tersebar di tujuh provinsi yaitu Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Riau, Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan dan Lampung. Bahkan diyakini sejak 2007 satwa ini telah menghilang dari Kawasan Taman Nasional Bukit Duabelas. Dalam red list book  IUCN (The World Conservation Union), Gajah Sumatera terdaftar dengan status terancam punah (endangered), sementara itu CITES (Convention on International Trade of Endangered Fauna and Flora/Konvensi tentang Perdagangan International Satwa dan Tumbuhan) mengkategorikan satwa ini dalam kelompok Appendix I. Di Indonesia sendiri, sejak tahun 1931 (Ordunansi Perlindungan Binatang Liar), satwa ini telah dinyatakan sebagai satwa dilindungi Undang-undang dan hampir punah sehingga keberadaannya perlu diperhatikan dan dilestarikan.  
Berkurangnya populasi gajah di alam selain karena adanya perburuan, juga disebabkan oleh semakin berkurangnya luasan habitat gajah. Pengurangan habitat gajah secara nyata ini diakibatkan perubahan fungsi hutan menjadi perkebunan monokultur skala besar (sawit, karet, kakao) yang telah menggusur habitat Gajah Sumatra. Selain itu hal ini juga telah membuat gajah terjebak dalam blok-blok kecil hutan yang tidak cukup untuk menyokong kehidupan gajah untuk jangka panjang, yang di sisi lain juga menjadi pemicu terjadinya konflik antara manusia dengan gajah.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar